Senin, 20 Februari 2012

Hamzah Bin Abdul-Muththalib

Hamzah bin Abdul-Muththalib (bahasa Arab: حمزه بن عبدالمطلب) adalah sahabatMuhammad SAW. Ia memiliki julukan "Singa Allah" karena kepahlawanannya saat membela Islam. sekaligus paman dan saudara sepersusuan Nabi

Kelahiran dan kehidupan keluarga

Hamzah lahir diperkirakan hampir bersamaan dengan Muhammad. Ia merupakan anak dari Abdul-Muththalib dan Haulah binti Wuhaib dari Bani Zuhrah. Menurut riwayat, pernikahan Abdul-Muththalib dan Abdullah bin Abdul-Muththalib terjadi bersamaan waktunya, dan ibu dari Nabi, Aminah binti Wahab, adalah saudara sepupu dari Haulah binti Wuhaib. Hamzah Bin Abdul Mutholib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat dia termasuk tokoh Quraish yang di segani. Nama sebenarnya Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim, seorang paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk Islam pada tahun kedua kenabian, Ia Ikut Hijrah bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan ikut dalam perang Badar, dan meninggal pada saat perang Uhud, Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menamainya sebagai “Sayidus Syuhada”.
Ibnu Atsir berkata dalam kitab ‘Usud al Ghabah”, Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy, sampai pada suatu saat beliau tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya . lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.
Ketika Rasulullah melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah menurunkan firmannya ,” Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs; an Nahl 126) Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq didalam kitab,” Sirah Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata kepadanya, "Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?", aku menjawab “Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib”. Lalu Umayyah dberkata Dialah yang membuat kekalahan kepada kami”.
Sementara itu Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin berpendapat perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rosulullah dan pengikutnya. Bagai manapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama islam lebih mendalam.
Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan da'wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan jika Rasulullah menjulukinya dengan sebutan "Asadullah" yang berarti singa Allah.
Pasukan kaum muslimin yang pertama kali di kirim oleh Rasulullah dalam perang Badar, di pimpin langsung oleh Sayyidina Hamzah, Si Singa Allah, dan Ali bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, dan tentunya mereka tidak mau menelan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya.
Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan di ambil dan akan di makan oleh Hindun yang memiliki dendam sangat membara karena ayahnya dibunuh oleh Hamzah pada Perang Badar
Sedangkan Washyi bin Harb diberikan tugas yang maha berat yaitu membunuh Hamzah dan akan dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu akan dimerdekakan dari perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin. Ia mulai menyerang ke kiri dan ke kanan.
Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran tersebut.
Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut. Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy.
Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah, setelah menebas leher Siba' bin Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada saat itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan akhirnya roboh sebagai syahid.
Usai peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya. Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya bersabda,
"Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku dari pada suasana sekaran ini."
Setelah itu Rasulullah dan kaum muslimin menshalatkan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu persatu. Pertama Sayyidina Hamzah dishalatkan lalu di bawa lagi jasad seorang syahid untuk dishalatkan, sementara jasad Sayyidina Hamzah tetap dibiarkannya disitu. Lalu jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Sayyidina Hamzah tetap di tempat. Kemudian di bawa jenazah yang ketiga dan dibaringkannya di samping jenazah Sayyidina Hamzah. Lalu Rasulullah dan para sahabat lainnya menshalatkan mayat itu. Demikianlah Rasulullah menshalatkan para syuhada Uhud satu persatu, hingga jika di hitung Maka Rasulullah dan para sahabat telah menshalatkan Sayyidina Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang 2 bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis. Ia wafat pada tahun 3 H, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dengan “Sayidus Syuhada”.
Referensi:

Kematian

Hamzah syahid pada Perang Uhud, dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, seorang budak EthiopiaHindun bin Utbah, istri dari Abu Sufyan bin Harb, yang ayahnya dibunuh oleh Hamzah pada Perang Badar. Hindun menjanjikan kebebasan untuk Wahsyi bila ia mampu membalaskan dendam Hindun dengan membunuh Hamzah. milik

Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah (578-629) (Arab:زيد بن حارثة) adalah sahabat nabi Muhammad, yang menjadi panglima Perang Mut'ah.

Biografi

Zaid bin Haritsah berasal dari kabilah Kalb yang menghuni sebelah utara jazirah Arab. Di masa kecilnya, ia ditangkap oleh sekelompok penjahat yang kemudian menjualnya sebagai seorang budak. Kemudian ia dibeli oleh Hukaim bin Hisyam keponakan dari Khadijah. Oleh Khadijah, ia diberikan kepada Nabi Muhammad yang kemudian memerdekakan Zaid bin Haritsah. Ia adalah salah satu orang yang pertama dalam memeluk agama Islam.
Zaid menjadi sahabat serta pelayan yang setia Nabi Muhammad. Ia menikah dengan Ummi Ayman dan memiliki putra yang bernama Usamah bin Zaid bin Haritsah. Ia mengikuti hijrah ke Madinah serta mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Dalam Pertempuran Mu'tah, ia diangkat sebagai panglima perang dan dalam ertempuran inilah, ia mati syahid.

Ja'far Bin Abi Thalib

Ja'far bin Abi Thalib (Arab: جعفر ابن أبي طالب) (dikenal juga dengan julukan Jafar-e-Tayyar) adalah putera dari Abu Thalib (paman dari Nabi Islam Muhammad, dan kakak dari ImamSyi'ah pertama dan Khalifah ke-4 Ali bin Abi Thalib. Ja'far dibesarkan oleh pamannya, Abbas bin 'Abdul Muththalib, karena ayahnya yang miskin dan harus menghidupi keluarga besar.
Terdapat kemiripan antara Ja'far dan Muhammad, baik dalam rupa maupun sifat yang dimiliki. Muhammad memanggil Ja'far, "Bapak orang-orang Miskin", karena ia selalu menolong dan membantu orang miskin dengan semua uang yang dimiliki.

Kehidupan awal

Ja'far bin Abi Thalib termasuk golongan awal memeluk Islam, sewaktu kecil dia dalam pengasuhan pamannya yaitu Al-Abbas, begitu juga saudaranya Ali bin Abi Thalib berada dalam pengasuhan Nabi Muhammad, Ja'far bin Abi Thalib menikah dengan Asma bintu Umais.

Hijrah ke Habasyah

Ja'far dan istrinya kemudian ikut hijrah kedua ke negeri Habasyah (Ethiopia) kemudian melalui dia raja negeri Habasyah, An-Najasyi yaitu Ashhamad bin Al-Abjar masuk Islam setelah menerima surat dari Nabi Muhammad yang dikirim melalui Amr bin Ummayyah Adh-Dhamary.
Ja'far bin Abi Thalib kembali pulang dari Habasyah sewaktu penaklukan Khaibar dan ikut menuju Khaibar bersama dengan Abu Musa Al-Asyary. Pada tahun ke 8 Hijriyyah, Ja'far bin Abi Thalib ikut perang Mu'tah dan gugur. Selain dia ikut gugur antara lain Zaid bin HaritsahAbdullah bin Rawahah. Peperangan itu merupakan peperangan pertama umat islam dengan pasukan Romawi. dan

Sa'ad bin Muadz

Sa'ad bin Muadz (Arab: سعد بن معاذ) adalah Sahabat Nabi Muhammad yang juga pemimpin Bani Aus di Madinah.

Biografi

Sa'ad memeluk Islam pada tahun 622 M (1 H), ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah. Ia adalah salah satu dari figur kuat di antara golongan Anshar.
Sa'ad adalah sahabat dari Umayah bin Khalaf.(1) Ketika Sa'ad berada di Mekkah, ia akan tinggal di rumah Umayah dan ketika Umayah ke Madinah, ia akan tinggal di rumah Sa'ad(1)
Beberapa saat sebelum terjadi Pertempuran Badar, Sa'ad berkunjung ke Mekkah untuk melaksanakan Umrah bersama teman non-[Muslim]]nya Umayah, ketika ia berjumpa dengan Abu Jahal terjadi perselisihan dan Sa'ad menjadi marah, sehingga mengancam Abu Jahal bahwa ia akan menghadang kafilah dagang dari Mekkah yang menuju Suriah dan berdasarkan informasi dari Umayah bahwa Abu Jahal merasa terancam kedudukannya dengan keberadaan Nabi Muhammad.(1)
Setelah Pertempuran Khandaq pada tahun 627 (5 H), ketika Madinah gagal dikuasai oleh pasukan Mekkah, kaum Muslim mendakwa bahwa kaum Yahudi dari Bani Quraizah melakukan pengkhianatan dengan melaksanakan perjanjian dengan musuh. Kaum Muslim melakukan pengempungan terhadap benteng Bani Quraizah, hingga Bani Quraizah menyerah tanpa syarat setelah pengepungan selama beberapa minggu.
Beberapa anggota dari Bani Aus memohon kepada Nabi Muhammad menunjuk hakim dari Bani Aus untuk menghukum sekutu lama mereka Bani Quraizah, hingga Nabi Muhammad menunjuk Sa'ad bin Muadz atas keputusan itu Bani Quraizah juga menerima penunjukan itu. Sa'ad yang mengalami luka dalam pertempuran Khandaq dan telah diambang kematian memutuskan, bahwa setiap laki-laki dewasa dari Bani Quraizah dihukum mati dan semua wanita dan anak-anak dijadikan budak.
Kemudian Sa'ad meninggal beberapa hari setelah memberikan keputusan terhadap Bani Quraizah.

Keterangan

  1. Shahih Bukhari, 5:59:286

Ammar Bin Yasir

Ammar bin Yasir (???-657) (Arab:عمار بن ياسر) adalah Sahabat Nabi Muhammad

Biografi

Ammar bin Yasir adalah anak dari Sumayyah binti Khabbab dan Yasir bin Amir yang merupakan salah satu dari orang yang terawal dalam memeluk agama Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwalun. Keluarganya berasal dari Tihanah, suatu daerah di Yaman yag kemudian datang ke Mekkah untuk mencari saudaranya yang hilang dan kemudian menetap di sana. setelah Ammar bin Yasir dan keluarga memeluk Islam, kemudian mereka disiksa oleh Abu Jahal untuk melepaskan Islam. Dalam siksaan itu orang tua Ammar bin Yasir tewas oleh kekejaman kaum Quraisy. Sementara Ammar selamat setelah diperlihatkan mukjizat oleh Rasulullah yang mengubah api menjadi dingin. Ia ikut dalam hijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian hijrah ke Madinah.
Beliau mengikuti Pertempuran Shiffin dan tewas terbunuh dalam pertempuran itu.
IDENTITAS :
  * Nama : Ammar bin Yasir
  * Ayah : Yasir bin Amir
  * Ibu : Sumayyah binti Khoyyath
  * Asal : Tihanah, Yaman
  * Fisik : Tubuh tinggi, bahu bidang, mata biru
JULUKAN :
  * Assabiqunal Awwalun : Ammar dan keluarganya termasuk golongan pertama yang masuk Islam
PROSES MASUK ISLAM :
  * Merupakan keluarga yang pertama kali masuk Islam
  * Ayah dan Ibunya dibunuh oleh Abu Jahal, sedangkan Ammar dipecut dan dibakar dengan api yang panas
  * Rasulullah lewat dan memperlihatkan mukjizatnya : "Wahai api jadilah engkau dingin dan berikan keselamatan atas diri Ammar sebagaimana engkau telah menjadi dingin dan memberikan keselamatan atas Ibrahim".
SIFAT :
  * Teguh Membela Agama Allah : Walaupun disiksa Bani Makhsum, Ammar sekeluarga tetap mempertahankan Agama Allah
  * Ketaqwaan dan Keimanan yang Teguh : Sabda Rasul : "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya".
  * Pendiam : "Ia adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru ..., seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ..." (Ahli riwayat)
  * Zuhud : Ibnu Abil Hudzail : "Saya lihat Ammar bin Yasir sewaktu menjadi Amir di Kufah, membeli sayuran di pasar lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya diatas punggung dan membawanya pulang ..."
  * Sabar : Tetap sabar bahkan bangga ketika dicela karena telinganya yang terpotong ketika perang
PRESTASI :
  * Diperlihatkan mukjizat Rasulullah : api yang membakar Ammar menjadi tidak panas
  * Dapat mempertahankan keimanan walaupun disiksa dengan kejam
  * Disayang Rasulullah
  * Ikut semua peperangan : Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk, Shiffin, dll
  * Mengikuti perang melawan Persi dan Romawi
  * Berada di pihak Ali bin Abi Thalib saat peperangan Jamal dan Shiffin
  * Sebagai walikota Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
  * Mengikuti perang Yamamah bersama Abu Bakar As-Shiddiq melawan nabi palsu
AKHIR HAYAT :
  * Rasulullah pernah bersabda : "... Ammar nanti akan dibunuh oleh golongan pendurhaka...!"
  * Pada perang Shiffin berada di pihak Ali bin Abi Thalib
  * Usia 93 tahun

Abul Ayyub al-Anshari

Abul Ayyub al-Anshari radiallahuanhu adalah Sahabat Nabi Muhammad yang paling tua sekali. Abul Ayyub hidup pada zaman Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Abul Ayyub syahid di Konstantinopel ketika tentara Kerajaan Umaiyyah coba menyerang kota itu. Setelah Sultan Muhammad II berkuasa keatas Istanbul pada tahun 1435, makam Abul Ayyub dipindahkan ke tepi benteng Istanbul, seperti yang diwasiatkannya.

Kata hikmat Abu Ayyub al-Anshari

"Sekiranya aku syahid disini wahai Yazid (ketua panglima Bani Umaiyyah, kalian kuburkan aku ditepi benteng Konstantinopel, kerana aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja ketika mereka menawan Konstantinopel"
"Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda"

Khubaib Bin Adi

Khubaib bin Adi adalah Sahabat Nabi Muhammad SAW.

Biografi

Khubaib bin Adi berasal dari Bani Aus. Ia diutus oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan Islam dibawah pimpinan Ashim bin Tsabit, tapi mereka dihadang dan ditangkap. Atas perintah Ashim bin Tsabit, mereka diminta untuk melawan para penangkap mereka. Dalam pertempuran itu delapan orang tewas, kecuali Khubaib bin Adi dan Zaid bin Datsanah.
Kemudian Khubaib bin Adi di bawa ke Mekkah untuk diserahkan kepada suku Quraisypertempuran Badar. Oleh suku Quraisy, Khubaib bin Adi akan dihukum mati. sebagai pembalasan atas kekalahan di
Sebelum menjalankan hukuman mati, Khubaib bin Adi meminta untuk dapat salat dua rakaat. Lalu, Khubaib berkata, "Seandainya bukan, karena dikira takut mati, maka Aku akan menambah jumlah rakaat."
Suku Quraisy bertanya kepada Khubaib bin Adi, "Bagaimana jika Nabi MuhammadNabi Muhammad tertusuk duri." menggantikan posisimu?" Khubaib menjawab, "Demi Allah, Aku tidak rela bila Aku dalam keadaan sehat bersama keluargaku, sedangkan
Setelah itu Khubaib bin Adi akhirnya dihukum mati oleh suku Quraisy.

Ikrimah bin Abu Jahal

Ikrimah bin Abu Jahal adalah Sahabat Nabi Muhammad yang juga anak dari Abdul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal). Ia adalah salah satu dari pemimpin Quraisy ketika terjadi Pembebasan Mekkah. Setelah pembebasan Mekkah pada tahun 630 M, beliau memeluk agama Islam.
Dalam kepemimpinan Abu Bakar, Ikrimah ikut dalam pertempuran menaklukan Musailamah al-Kazzab. Ia juga ikut dalam pertempuran Yarmuk melawan tentara Romawi dan mati syahid dalam pertempuran itu.

Daftar Syuhada Islam

Tokoh-tokoh terkemuka Sahabat Nabi yang mengalami mati syahid atau syuhada ini disusun berdasarkan buku Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah

  1. Hamzah bin Abdul-Muththalib
  2. Zaid bin Haritsah
  3. Ja'far bin Abu Thalib
  4. Sa'ad bin Muadz
  5. Abu Salamah
  6. Ammar bin Yasir
  7. Abad bin Bisyr
  8. Salim Maula Abi Hudzaifah
  9. Al-Bara' bin Malik
  10. Abu Dujanah
  11. Amr bin Jamuh
  12. Abu Ayyub al-Anshari
  13. Anas bin Nadhar
  14. Abu Thalhah
  15. Abdullah bin Jahsy
  16. Ayyasy bin Abi Rubai'ah
  17. Khubaib bin Adi
  18. Thufail bin Amr ad-Dusi
  19. Nu'man bin Muqrin
  20. Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul
  21. Tsabit bin Qais
  22. Ikrimah bin Abu Jahal

Referensi

  1. Sumber Al-Kautsar.. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.  ISBN 979-592-387-0
Jumat, 17 Februari 2012

Abu Qatadah

Qatada bin al-Nu'man (Arab:قتدة بن النعمان) adalah Sahabat Nabi Muhammad. Abu Qatadah yang bernama asli Abdul Khatib merupakan penduduk Madinah, sehingga disebut golongan Anshar. Dalam Pertempuran Uhud, mata beliau terluka hingga lepas dari rongga mata, kemudian Nabi Muhammad dengan didahului dengan doa mengembalikan bola mata Abu Qatadah seperti sedia kala.

Hasan al-Bashri

Hasan Al Bashri (Madinah, 642 - 10 Oktober 728) adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah.
Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi, antara lain Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar.
Nama lengkap Hasan Al Bishri ialah Abu Said Al Hasan bin Abi Al Hasan bin Yasar Al Bishri adalah Maula Al Anshari. Ibunya bernama Khairah, budak Ummu Salamah yang di merdekakan, dikatakan Ibnu Sa’ad dalam kitab tabaqat Hasan adalah seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, terpercaya, seorang hamba yang ahli ibadah lagi pula fasih bicaranya . Beliau salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran dihadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah . Beliau menerima hadits dari Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, Al Bajali, Muawwiyah, Anas, Jabir dan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat diantaranya ‘Ubay bin Ka’ab, Saad bin Ubadah, Umar bin Khattab walaupun tidak bertemu dengan mereka atau tidak mendengar langsung dari mereka. Beliau adalah ulama ternama di Basrah, Imam Al Bagir ra. Mengatakan,’’ Jika di sebutkan tentang ketokohan Al Hasan artinya yang dimaksud ucapan Al Hasan menyerupai ucapan para Nabi, Beliau wafat tahun 110 H. dalam usia 88 tahun dan kemudian hadits-hditsnya diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib, Hisyam bin Hasan dan lain-lain.

Uwais al-Qarny

Uwais Al-Qarny (Arab: أويس القرني) (meninggal 657) adalah penduduk dari Qaran di Yaman.

Keutamaan Uwais al-Qarny

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa'at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa'at sejumlah qobilah Robi'ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah "Uwais al-Qarni". Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.
Seorang fuqoha' negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata, "Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri".

Biografi

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi Pertempuran Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat?
Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.
Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata, "Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina 'Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais.
Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang.
Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau harus lekas pulang".
Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina 'Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina 'Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina 'Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. dan sayyidina [[Umar bin Khattab] r.a. dan bersabda, "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? "Abdullah", jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?" Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais al-Qorni".
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka.
Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, "Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda".
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan salat di atas air.
Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah," Tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,
"Apa yang terjadi ?"
"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" katanya.
"Kami telah melakukannya."
"Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaani rrohiim!"
Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.
Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami.
"Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir."
"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya.
"Ya, "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah.
Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.
Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Uwais al-Qarani
oleh Syaikh Muhammad Sa'id al-Jamal ar-Rifa'i

Dalam sebuah Hadis Qudsi dicatat oleh Sahabat Abu Hurairah, ra dengan dia, Nabi Muhammad (saw) berkata berbicara dari Tuhannya:

"Allah, Yang Maha Perkasa dan adalah Dia, mengasihi ciptaan-Nya yang takut akan Allah, yang suci hatinya, mereka yang tersembunyi, dan mereka yang tidak bersalah, yang wajahnya berdebu, yang rambutnya terawat, yang perutnya kosong, dan yang, jika ia meminta izin untuk masuk ke penguasa, tidak diberikan, dan jika ia meminta seorang wanita lembut dalam pernikahan, ia akan menolak, dan ketika ia meninggalkan dunia itu tidak merindukannya, dan jika ia pergi keluar, keluar nya akan tidak diperhatikan, dan jika dia jatuh sakit, ia tidak diperhatikan, dan jika ia mati, ia tidak disertai dengan kuburnya. "

Mereka bertanya kepadanya, "Ya Rasulullah, bagaimana kita menemukan seseorang seperti itu?" Dia, (s), mengatakan, "Uwais al-Qarani adalah seperti satu." Mereka bertanya kepadanya, "dan siapa yang Uwais al-Qarani?" Dia, (s), menjawab, "Dia adalah gelap berkulit, bahu lebar, dan tinggi rata-rata kulit-Nya dekat dengan warna bumi.. Jenggotnya menyentuh dadanya. Matanya selalu mencari ke bawah ke tempat sujud, dan tangan kanannya pada tangan kirinya Dia menangis tentang dirinya dengan seperti aliran air mata yang bibirnya bengkak.. Dia memakai pakaian wol dan tahu untuk orang-orang dari langit. Jika dia membuat janji dalam Nama Allah, dia menyimpannya bawah bahu kirinya ada bercak putih.. Ketika hari kiamat datang dan ini mengumumkan kepada para budak, "Masukkan surga," itu akan dikatakan Uwais, "Berhenti dan bersyafaat." Allah Maha Perkasa dan Maha Agung adalah Dia, maka akan mengampuni mereka ke nomor yang sama seperti juga rakyat Rabi'ah dan Mudhar. (Ini adalah dua suku yang Uwais, (RA), milik) Jadi,. O Umar dan O Ali, jika Anda dapat menemukan dia, meminta dia untuk berdoa bagi Anda Kemudian Allah akan mengampuni Anda.. "

Sepuluh tahun berlalu dengan mana mereka bertanya tentang dia, tapi tanpa bisa menemukannya. Dalam 21H./644CE tahun, tahun yang sama bahwa Umar bin Khattab (RA), Khalifah Benar Kedua setelah wafatnya Nabi, (s), Umar (RA) pergi ke Pegunungan Abu Qubays (gunung menghadap Mekah) dan disebut dalam suaranya paling keras, "adalah orang O dari Yaman, ada orang di sana disebut Uwais?"

Seorang syekh tua dengan jenggot panjang berdiri dan menjawab, "Kami tidak tahu siapa Uwais ini adalah tentang siapa Anda bertanya, tapi anak adikku disebut Uwais Tapi ia terlalu tidak penting untuk ditanyakan tentang,. Dan terlalu miskin dan patuh yang ia harus diangkat ke tingkat Dia kami unta-gembala, dan dia tidak berdiri di antara rakyat kita.. " Tapi Umar kembali bertanya apakah dia tahu Uwais.

Orang itu menjawab, "Mengapa kau bertanya tentang dia, ya Amirul Mukminin, karena demi Allah tidak ada satu dari kita yang lebih bodoh dan lebih membutuhkan dari dia."

Umar (ra), kemudian menangis dan berkata kepadanya, "Kau begitu, tetapi tidak dia Karena aku mendengar Rasulullah saw.. (S), mengatakan," Mereka yang masuk surga melalui Uwais, meminta pengampunan bagi mereka , adalah orang-orang dari suku Rabi'ah dan Mudhar. "tanya Umar, (RA), di mana dia bisa menemukan dia, dan diberitahu," Di bukit 'Arafat. "

Umar dan Ali, (RAA), kemudian pergi dengan cepat untuk Arafat di mana mereka menemukan Uwais berdoa di bawah pohon dengan unta merumput di sekitarnya. Mereka mendekatinya dan menyapanya, katanya: "As-salaamu alaikum wa Allahi wa Barakatuh Rahmut." Uwais memotong doanya pendek, dan ketika dia selesai itu, kembali ucapan mereka. Mereka bertanya kepadanya, "Siapa kau?" Dia menjawab, "Seorang penggembala unta dan seorang pekerja yang disewa untuk suku." Mereka berkata, "kami tidak bertanya tentang merawat Anda hewan, atau tentang Anda menjadi seorang pekerja dipekerjakan, tapi siapa namamu?" Dia menjawab, "Abdullah." Mereka berkata, "Semua orang-orang dari langit dan bumi adalah hamba Allah, tetapi apa nama yang ibumu bernama Anda?" Dia berkata, "Wahai kalian berdua, apa yang Anda inginkan dari saya?" Mereka berkata, "Rasulullah (s) sekali berbicara kepada kami tentang Uwais al-Qarani Dia memberi kita gambaran tentang warna kebiruan hitam matanya,. Dan ia memberitahu kami bahwa dia memiliki tanda putih di bawah bahu kirinya Jadi silakan. menunjukkan kepada kita jika Anda memiliki tanda ini, maka itu adalah untuk Anda untuk siapa kita cari. "

Uwais kemudian memamerkan bahu kirinya, dan mereka melihat tanda putih. Mereka kemudian memeluknya dan menciumnya dan berkata, "Kami menyatakan bahwa Anda adalah Uwais al-Qarani, sehingga meminta pengampunan untuk kami dan Semoga Allah memaafkanmu."

Dia menjawab, "Aku bahkan tidak bisa memaafkan diriku sendiri, juga salah satu anak Adam Tetapi ada di darat dan di laut percaya pria dan wanita, pria dan wanita Muslim, yang doa kepada Allah akan dijawab.." Mereka menjawab, "Tentunya demikian." Kemudian ia berkata, "Wahai kalian berdua, Anda tahu tentang saya dan saya tahu tentang negara saya, tetapi siapa kamu?"

Ali (RA), menjawab, "Ini adalah Amirul Mukminin (al-amir al-muminin), Umar bin Khattab, dan saya Ali bin Abu Thalib."

Uwais berdiri tegak dan berkata, "As-salaamu alaikum ya 'amir al-mumminin Dan Anda., Oh Ali, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan untuk Komunitas (umat)." Mereka berkata, "Semoga Allah membalas Anda untuk diri sendiri dan kebaikan Anda."

Kemudian Umar (ra), berkata kepada Uwais, "Tempatmu di sini sampai aku kembali ke Madinah, dan semoga Allah kasihanilah Anda Lalu aku akan membawa Anda membantu dari penyediaan saya dan beberapa pakaianku.. Ini telah pertemuan menempatkan antara kau dan aku. "

Tapi Uwais, (RA), menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, tidak akan ada tempat pertemuan lain, dalam pengetahuan Allah, antara kau dan aku, tapi yang satu ini. Jadi, katakan padaku, apa yang harus saya lakukan dengan Anda penyediaan, dan apa yang harus saya lakukan dengan pakaian Anda? Apakah Anda tidak melihat bahwa saya mengenakan gaun wol dan pembungkus wol, jadi ketika Anda melihat saya merobek mereka Atau apakah Anda melihat bahwa sandal saya luntur dan rusak?? Ketika Anda melihat saya keluar memakainya Antara tangan Anda dan saya ada penghalang yang lebih tinggi yang tidak dapat dilintasi oleh orang berat, Jadi meninggalkan hal-hal ini, dan Allah akan menaruh belas kasihan kepadamu. "

Ketika Umar, (RA) mendengar kata-kata ini, ia memukul tanah dengan tongkatnya dan berteriak di bagian atas suaranya, "O akan bahwa Umar belum lahir oleh ibunya, dan bahwa ia telah steril!"

Kemudian Umar (RA), kembali ke Al-Madinah, dan Uwais (RA), menggiring unta kembali ke sukunya.

Tidak lama setelah ini, Uwais meninggalkan pekerjaannya sebagai penggembala dan pergi ke Kufah di mana ia melanjutkan di bondsmandship sampai Allah, Mahasuci Dia membawanya kembali ke diri-Nya.

Ketika Umar ibn al-Khattab, (RA), mendengar bahwa Uwais ingin kembali ke Kufah, katanya tho dia, "Di mana Anda ingin pergi ke?" Uwais berkata, "untuk Kufah." Umar, (RA), lalu berkata, "Apakah aku akan menulis surat untukmu kepada Gubernur nya?" Uwais menjawab, "Saya lebih suka berada dengan orang-orang yang dekat di hati saya."

Dalam sebuah hadits sahih dari Muslim, tercatat bahwa Umar (ra) berkata, "Aku mendengar Rasulullah, (s), berkata," Uwais bin Amir akan datang dengan jumlah orang dari suku Mudar dari wilayah Qarn seolah-olah ia memiliki penyakit di kulitnya. Dia memiliki seorang ibu kepada siapa dia paling sempurna setia, dan jika dia meminta sesuatu dari Allah itu akan diberikan kepadanya. Jika Anda bertemu dengannya, mintalah dia untuk meminta pengampunan untuk Anda. "

Dikatakan tentang Companion 'Alqamah bin Marthid, (RA), bahwa ia berkata, "Asketisisme secara khusus terkait dengan delapan orang, salah satunya adalah Uwais al-Qarani Keluarganya berpikir bahwa ia gila,. Dan mereka membangun dia ruangan dekat pintu rumah mereka. Hari akan lewat ketika mereka tidak akan melihatnya, dan makanannya adalah apa yang ia ambil dari tanaman dan tumbuh-tumbuhan di bumi yang akan menjual untuk membeli makanan untuk dirinya sendiri.

Juga Companion 'Amar bin Saif, (RA) berkata, "Ketika seorang pria pernah bertanya Uwais al-Qarani," Bagaimana Anda memulai pagi hari dan bagaimana Anda selesai malam hari "Dia (RA) menjawab?,' I dimulai pada pagi dengan mencintai Allah, dan saya selesai malam hari dalam memuji-Nya. Jangan tanya tentang keadaan seorang pria yang, ketika dia bangun di pagi hari berpikir bahwa ia tidak akan melihat malam hari, atau ketika ia masih hidup di malam hari berpikir bahwa ia tidak akan bangun di pagi hari Kematian dan menyebutkan dan mengingat tidak meninggalkan orang percaya setiap ruang untuk kebahagiaan.. " Sebab, saat ia kemudian berkata, "Di Mata Allah, Ta'ala Dialah, apa seorang Muslim memiliki tidak mengumpulkan setiap perak atau emas, karena satu-satunya harus melakukan apa yang diperkenankan dan menghindari apa yang dilarang, dan apa pun tidak telah meninggalkan percaya dengan teman tunggal. Ketika kita meminta mereka untuk melakukan apa yang diizinkan mereka menghina kita, dan dalam bahwa mereka dibantu oleh orang-orang kafir dan orang-orang berdosa. Demi Allah mereka telah dilemparkan hal-hal buruk padaku, tapi Ya Allah aku tidak akan meninggalkan mereka sampai aku menunjukkan kepada mereka cara yang benar. "

Salah satunya berkata, "Sejumlah orang telah berbicara kepada saya tentang Uwais al-Qarani, sehingga mendengar bahwa dia itu tinggal di Kufah, aku pergi ke sana untuk menemukannya, karena aku tidak punya keinginan lain kecuali untuk melihat dia saya temukan. dia duduk di tepi sungai Tigris, dan aku mengenali dia dengan deskripsi bahwa saya telah diberikan kepadanya Seorang pria kurus menatapku, dan aku mengulurkan tanganku untuk menyambutnya, tetapi ia tidak kembali ucapan saya. saya. merasa putus asa tapi saya bertanya kepadanya, "Apakah Anda Uwais:"

Bajunya miskin, dan ia tampak dalam keadaan isolasi Seluruh, karena itu keadaan nya yang menyebabkan orang-orang bodoh untuk mengatakan tentang dirinya bahwa ia gila dan gila. Tetapi saya tahu bahwa pertapa dan negara menyerah adalah bahwa dari faqir sejati, yang tidak mendengarkan orang yang mengatakan bahwa keadaan seperti itu bertentangan dengan sunnah. Orang-orang seperti tidak tahu tentang Sunnah yang benar dari Rasulullah, (s), yang adalah untuk meninggalkan dunia materi dan bisnis penciptaan, dan untuk mendekat kepada seseorang Tuhan, untuk meninggalkan semua obligasi yang selain kepada Allah, Maha Perkasa dan Dialah. "

Haram bin Hayyan melanjutkan ceritanya tentang pertemuan ini dengan mengatakan, "Lalu aku menyapanya berkata, 'Semoga Allah kasihanilah engkau, hai Uwais, dan mengampuni, Bagaimana kabarmu?" "Lalu suara saya dihentikan. Sebab aku tidak bisa berbicara hati saya yang dipindahkan dengan kelembutan yang mendalam terhadap dia ketika melihat negara dan bahwa ia sudah mulai menangis. Saya menemukan diri saya juga menangis. "Lalu Uwais berkata padaku, 'Semoga Allah menyambut Anda Apa kabar saudaraku, ibn Hayyan, dan yang menunjukkan Anda cara untuk saya?." "Saya menjawab, 'Ini adalah Allah." "Dia berkata, 'Tidak ada Tuhan selain Allah, segala puji bagi Tuhan kita Jika itu adalah Keinginan Allah, hal ini dilakukan.. Jadi ini adalah Keinginan Allah." Aku berkata, "Bagaimana kau tahu nama saya, andmy ayah yang bernama? Untuk nama saya adalah Haram bin Hayyan. " Uwais berkata, 'Maha Mengetahui mengatakan kepada saya, untuk jiwa saya tahu jiwa Anda ketika diri saya berbicara kepada diri Anda. " Untuk orang-orang percaya mengenal satu sama lain dalam kasih mereka untuk Allah, bahkan jika mereka tidak pernah bertemu, dan ketika mereka datang ke tempat istirahat kami, mereka mengenal satu sama lain bahkan jika mereka datang dari tempat jauh. "Saya berkata," Ceritakan tentang Rasulullah, (s). " "Uwais berkata, 'Aku tidak pernah melihat Rasulullah wajah Allah untuk wajah dan saya tidak pernah dengan kehadirannya, tapi saya akan memberikan hidup saya untuk dia. Tapi aku tidak ingin berbicara tentang itu. " "Saya berkata kepada Uwais," Ucapkan saya beberapa ayat dari Kitab Allah, sehingga saya dapat mendengarnya dari Anda dan sehingga saya dapat belajar mereka dengan jantung dari Anda Untuk tahu bahwa aku mencintaimu kepada Allah. '. "Uwais meraih tanganku, dan berkata, 'Aku berlindung kepada Allah, Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dari setan yang terkutuk." Kemudian ia mengucapkan, 'Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang di antara mereka untuk bermain belaka.' (44:38). Lalu ia menghela napas napas dalam, dan Aku menatapnya dengan mata mereka dari Cinta, karena ia telah menjadi tidak ada.

"Beberapa saat kemudian ia berkata padaku, 'Wahai putra Hayyan, ayahmu telah meninggal dan segera Anda akan mati, akan baik ke Taman atau neraka Saudara saya dan teman Umar bin Khattab telah meninggal.'. Saya berkata kepadanya, 'Semoga Allah mengampuni Anda, tapi Umar belum meninggal. " "Uwais berkata," Ya, dan orang-orang telah mengumumkan kematiannya, dan begitu juga Allah Maha Perkasa dan Maha Agung adalah Dia, dan Dia telah mengumumkan kematianku sendiri Untuk Anda dan. Aku sama-sama orang mati. " "Kemudian dia berdoa pada Nabi, (s), dan bergumam beberapa doa pendek." Kemudian dia berkata, "Inilah yang saya meninggalkanmu, Kitab Allah dan Sunnah Nabi, (s), dan Anda harus selalu mengingat kematian, dan ini seharusnya tidak pernah meninggalkan hati Anda sejenak. Dan memperingatkan orang-orang Anda ketika Anda kembali ke mereka, dan berkata kepada seluruh Masyarakat, "Jangan meninggalkan orang-orang, karena jika Anda melakukannya, Anda akan meninggalkan agama Anda tanpa menyadarinya, dan Anda akan masuk neraka. Jadi berdoa untuk saya dan diri Anda sendiri. "

Lalu Uwais, (RA), mengatakan kepada saya, "Ya Allah ini adalah klaim, karena dia mencintai saya dalam Anda, dan dia telah mengunjungi saya karena Anda, dan mengijinkan saya untuk melihat wajahnya di surga, dan membuatnya masuk Home of Peace, dan melindungi dia di dunia ini, selama ia masih hidup. Jauhkan dia dari dunia materi (dunya) melalui jalan di Jalur, dan membuat dia untuk bersyukur atas berkat-berkat ANDA memberinya, dan memberinya kebaikan dari saya. '

Lalu ia, (RA) berkata, "As-salaamu alaikum wa wa Barakatuh Rahmutullahi, sebab Aku tidak akan melihatmu setelah hari ini. Semoga Allah kasihanilah Anda, tapi saya tidak ingin diketahui, dan saya senang menyendiri, karena aku dalam kecemasan yang mendalam ketika saya dengan orang. Jadi jangan bertanya tentang saya, dan tidak memanggil saya, tapi tahu bahwa Anda berada dalam hati saya bahkan jika saya tidak melihat Anda atau Anda melihat saya. Sebutkan saya dan mendoakan saya, karena Aku akan menyebutkan Anda dan berdoa bagi Anda, jika Allah Ta'ala Dialah, jadi keinginan. Jadi pergi dari sini. '"

Haram bin Hayyan berkata, "Aku sangat ingin berjalan dengan dia selama satu jam, tapi setelah itu dia tidak mengijinkan saya lagi, jadi aku meninggalkannya dan aku mulai menangis, dan dia juga menangis.

Aku terus mengamatinya sampai ia masuk ke jalan ... Setelah itu saya bertanya tentang dia, dan aku memanggilnya, tetapi tidak ada yang bisa memberitahu apa-apa tentang dia. Tapi kemudian, setelah seminggu atau lebih telah lewat, aku melihatnya sekali atau dua kali dalam tidur saya. Uwais berkata, "Rasulullah meninggal, 'tapi dia tidak mengatakan,' Rasulullah, sall-Allahu` alaihi wa sallam, "meskipun ia mengatakan tentang para nabi sebelum dia. Dengan ini ia berarti bahwa kasih karunia Rasulullah terkenal, dan dia dikenal karena kesempurnaan menghormatinya, dan dia tidak perlu dipuji oleh orang. "

Beberapa mengatakan bahwa ketika malam datang, Uwais, (RA) akan berkata, "Malam ini untuk sujud." Kemudian ia akan bersujud sampai pagi. Dan juga ketika malam datang dia akan mendistribusikan makanan di rumahnya kepada orang miskin, dan ia akan berkata, "Ya Tuhan, jika seseorang meninggal malam ini dari kelaparan, maaf, dan jika seseorang meninggal telanjang, maafkan saya."

Abdullah bin Salma, Companion, (RA) berkata, "Kami pergi ke Azerbaijan di perusahaan kami Mater Umar bin Khattab, (RA), dan Uwais adalah dengan kami. Dalam perjalanan kembali ia jatuh sakit dan kami membawanya , tapi dia tidak bertahan lama dan dia meninggal Kami hendak menguburkannya dan menemukan sebuah kuburan yang sudah digali. Air tersedia dan semuanya siap untuk menerima mayat.. Kami dicuci dia, menempatkan dia dalam kain kafan, mendoakan dia, dan kemudian kami meninggalkan Sebagian dari kita mengatakan bahwa kita harus kembali dan menandai kuburan sehingga kita akan dapat menemukannya nanti.. Jadi kami kembali ke tempat itu, tapi tidak ada jejak dari kubur untuk ditemukan. "

Ra dengan dia, dan untuk dia sendiri saja sudah sama dengan sebuah umat seluruh (Komunitas).