Senin, 20 Februari 2012

Hamzah Bin Abdul-Muththalib

Hamzah bin Abdul-Muththalib (bahasa Arab: حمزه بن عبدالمطلب) adalah sahabatMuhammad SAW. Ia memiliki julukan "Singa Allah" karena kepahlawanannya saat membela Islam. sekaligus paman dan saudara sepersusuan Nabi

Kelahiran dan kehidupan keluarga

Hamzah lahir diperkirakan hampir bersamaan dengan Muhammad. Ia merupakan anak dari Abdul-Muththalib dan Haulah binti Wuhaib dari Bani Zuhrah. Menurut riwayat, pernikahan Abdul-Muththalib dan Abdullah bin Abdul-Muththalib terjadi bersamaan waktunya, dan ibu dari Nabi, Aminah binti Wahab, adalah saudara sepupu dari Haulah binti Wuhaib. Hamzah Bin Abdul Mutholib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat dia termasuk tokoh Quraish yang di segani. Nama sebenarnya Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim, seorang paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk Islam pada tahun kedua kenabian, Ia Ikut Hijrah bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan ikut dalam perang Badar, dan meninggal pada saat perang Uhud, Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menamainya sebagai “Sayidus Syuhada”.
Ibnu Atsir berkata dalam kitab ‘Usud al Ghabah”, Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy, sampai pada suatu saat beliau tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya . lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.
Ketika Rasulullah melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah menurunkan firmannya ,” Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs; an Nahl 126) Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq didalam kitab,” Sirah Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata kepadanya, "Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?", aku menjawab “Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib”. Lalu Umayyah dberkata Dialah yang membuat kekalahan kepada kami”.
Sementara itu Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin berpendapat perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rosulullah dan pengikutnya. Bagai manapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama islam lebih mendalam.
Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan da'wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan jika Rasulullah menjulukinya dengan sebutan "Asadullah" yang berarti singa Allah.
Pasukan kaum muslimin yang pertama kali di kirim oleh Rasulullah dalam perang Badar, di pimpin langsung oleh Sayyidina Hamzah, Si Singa Allah, dan Ali bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, dan tentunya mereka tidak mau menelan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya.
Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan di ambil dan akan di makan oleh Hindun yang memiliki dendam sangat membara karena ayahnya dibunuh oleh Hamzah pada Perang Badar
Sedangkan Washyi bin Harb diberikan tugas yang maha berat yaitu membunuh Hamzah dan akan dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu akan dimerdekakan dari perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin. Ia mulai menyerang ke kiri dan ke kanan.
Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran tersebut.
Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut. Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy.
Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah, setelah menebas leher Siba' bin Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada saat itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan akhirnya roboh sebagai syahid.
Usai peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya. Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya bersabda,
"Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku dari pada suasana sekaran ini."
Setelah itu Rasulullah dan kaum muslimin menshalatkan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu persatu. Pertama Sayyidina Hamzah dishalatkan lalu di bawa lagi jasad seorang syahid untuk dishalatkan, sementara jasad Sayyidina Hamzah tetap dibiarkannya disitu. Lalu jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Sayyidina Hamzah tetap di tempat. Kemudian di bawa jenazah yang ketiga dan dibaringkannya di samping jenazah Sayyidina Hamzah. Lalu Rasulullah dan para sahabat lainnya menshalatkan mayat itu. Demikianlah Rasulullah menshalatkan para syuhada Uhud satu persatu, hingga jika di hitung Maka Rasulullah dan para sahabat telah menshalatkan Sayyidina Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang 2 bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis. Ia wafat pada tahun 3 H, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dengan “Sayidus Syuhada”.
Referensi:

Kematian

Hamzah syahid pada Perang Uhud, dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, seorang budak EthiopiaHindun bin Utbah, istri dari Abu Sufyan bin Harb, yang ayahnya dibunuh oleh Hamzah pada Perang Badar. Hindun menjanjikan kebebasan untuk Wahsyi bila ia mampu membalaskan dendam Hindun dengan membunuh Hamzah. milik

Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah (578-629) (Arab:زيد بن حارثة) adalah sahabat nabi Muhammad, yang menjadi panglima Perang Mut'ah.

Biografi

Zaid bin Haritsah berasal dari kabilah Kalb yang menghuni sebelah utara jazirah Arab. Di masa kecilnya, ia ditangkap oleh sekelompok penjahat yang kemudian menjualnya sebagai seorang budak. Kemudian ia dibeli oleh Hukaim bin Hisyam keponakan dari Khadijah. Oleh Khadijah, ia diberikan kepada Nabi Muhammad yang kemudian memerdekakan Zaid bin Haritsah. Ia adalah salah satu orang yang pertama dalam memeluk agama Islam.
Zaid menjadi sahabat serta pelayan yang setia Nabi Muhammad. Ia menikah dengan Ummi Ayman dan memiliki putra yang bernama Usamah bin Zaid bin Haritsah. Ia mengikuti hijrah ke Madinah serta mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Dalam Pertempuran Mu'tah, ia diangkat sebagai panglima perang dan dalam ertempuran inilah, ia mati syahid.

Ja'far Bin Abi Thalib

Ja'far bin Abi Thalib (Arab: جعفر ابن أبي طالب) (dikenal juga dengan julukan Jafar-e-Tayyar) adalah putera dari Abu Thalib (paman dari Nabi Islam Muhammad, dan kakak dari ImamSyi'ah pertama dan Khalifah ke-4 Ali bin Abi Thalib. Ja'far dibesarkan oleh pamannya, Abbas bin 'Abdul Muththalib, karena ayahnya yang miskin dan harus menghidupi keluarga besar.
Terdapat kemiripan antara Ja'far dan Muhammad, baik dalam rupa maupun sifat yang dimiliki. Muhammad memanggil Ja'far, "Bapak orang-orang Miskin", karena ia selalu menolong dan membantu orang miskin dengan semua uang yang dimiliki.

Kehidupan awal

Ja'far bin Abi Thalib termasuk golongan awal memeluk Islam, sewaktu kecil dia dalam pengasuhan pamannya yaitu Al-Abbas, begitu juga saudaranya Ali bin Abi Thalib berada dalam pengasuhan Nabi Muhammad, Ja'far bin Abi Thalib menikah dengan Asma bintu Umais.

Hijrah ke Habasyah

Ja'far dan istrinya kemudian ikut hijrah kedua ke negeri Habasyah (Ethiopia) kemudian melalui dia raja negeri Habasyah, An-Najasyi yaitu Ashhamad bin Al-Abjar masuk Islam setelah menerima surat dari Nabi Muhammad yang dikirim melalui Amr bin Ummayyah Adh-Dhamary.
Ja'far bin Abi Thalib kembali pulang dari Habasyah sewaktu penaklukan Khaibar dan ikut menuju Khaibar bersama dengan Abu Musa Al-Asyary. Pada tahun ke 8 Hijriyyah, Ja'far bin Abi Thalib ikut perang Mu'tah dan gugur. Selain dia ikut gugur antara lain Zaid bin HaritsahAbdullah bin Rawahah. Peperangan itu merupakan peperangan pertama umat islam dengan pasukan Romawi. dan

Sa'ad bin Muadz

Sa'ad bin Muadz (Arab: سعد بن معاذ) adalah Sahabat Nabi Muhammad yang juga pemimpin Bani Aus di Madinah.

Biografi

Sa'ad memeluk Islam pada tahun 622 M (1 H), ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah. Ia adalah salah satu dari figur kuat di antara golongan Anshar.
Sa'ad adalah sahabat dari Umayah bin Khalaf.(1) Ketika Sa'ad berada di Mekkah, ia akan tinggal di rumah Umayah dan ketika Umayah ke Madinah, ia akan tinggal di rumah Sa'ad(1)
Beberapa saat sebelum terjadi Pertempuran Badar, Sa'ad berkunjung ke Mekkah untuk melaksanakan Umrah bersama teman non-[Muslim]]nya Umayah, ketika ia berjumpa dengan Abu Jahal terjadi perselisihan dan Sa'ad menjadi marah, sehingga mengancam Abu Jahal bahwa ia akan menghadang kafilah dagang dari Mekkah yang menuju Suriah dan berdasarkan informasi dari Umayah bahwa Abu Jahal merasa terancam kedudukannya dengan keberadaan Nabi Muhammad.(1)
Setelah Pertempuran Khandaq pada tahun 627 (5 H), ketika Madinah gagal dikuasai oleh pasukan Mekkah, kaum Muslim mendakwa bahwa kaum Yahudi dari Bani Quraizah melakukan pengkhianatan dengan melaksanakan perjanjian dengan musuh. Kaum Muslim melakukan pengempungan terhadap benteng Bani Quraizah, hingga Bani Quraizah menyerah tanpa syarat setelah pengepungan selama beberapa minggu.
Beberapa anggota dari Bani Aus memohon kepada Nabi Muhammad menunjuk hakim dari Bani Aus untuk menghukum sekutu lama mereka Bani Quraizah, hingga Nabi Muhammad menunjuk Sa'ad bin Muadz atas keputusan itu Bani Quraizah juga menerima penunjukan itu. Sa'ad yang mengalami luka dalam pertempuran Khandaq dan telah diambang kematian memutuskan, bahwa setiap laki-laki dewasa dari Bani Quraizah dihukum mati dan semua wanita dan anak-anak dijadikan budak.
Kemudian Sa'ad meninggal beberapa hari setelah memberikan keputusan terhadap Bani Quraizah.

Keterangan

  1. Shahih Bukhari, 5:59:286

Ammar Bin Yasir

Ammar bin Yasir (???-657) (Arab:عمار بن ياسر) adalah Sahabat Nabi Muhammad

Biografi

Ammar bin Yasir adalah anak dari Sumayyah binti Khabbab dan Yasir bin Amir yang merupakan salah satu dari orang yang terawal dalam memeluk agama Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwalun. Keluarganya berasal dari Tihanah, suatu daerah di Yaman yag kemudian datang ke Mekkah untuk mencari saudaranya yang hilang dan kemudian menetap di sana. setelah Ammar bin Yasir dan keluarga memeluk Islam, kemudian mereka disiksa oleh Abu Jahal untuk melepaskan Islam. Dalam siksaan itu orang tua Ammar bin Yasir tewas oleh kekejaman kaum Quraisy. Sementara Ammar selamat setelah diperlihatkan mukjizat oleh Rasulullah yang mengubah api menjadi dingin. Ia ikut dalam hijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian hijrah ke Madinah.
Beliau mengikuti Pertempuran Shiffin dan tewas terbunuh dalam pertempuran itu.
IDENTITAS :
  * Nama : Ammar bin Yasir
  * Ayah : Yasir bin Amir
  * Ibu : Sumayyah binti Khoyyath
  * Asal : Tihanah, Yaman
  * Fisik : Tubuh tinggi, bahu bidang, mata biru
JULUKAN :
  * Assabiqunal Awwalun : Ammar dan keluarganya termasuk golongan pertama yang masuk Islam
PROSES MASUK ISLAM :
  * Merupakan keluarga yang pertama kali masuk Islam
  * Ayah dan Ibunya dibunuh oleh Abu Jahal, sedangkan Ammar dipecut dan dibakar dengan api yang panas
  * Rasulullah lewat dan memperlihatkan mukjizatnya : "Wahai api jadilah engkau dingin dan berikan keselamatan atas diri Ammar sebagaimana engkau telah menjadi dingin dan memberikan keselamatan atas Ibrahim".
SIFAT :
  * Teguh Membela Agama Allah : Walaupun disiksa Bani Makhsum, Ammar sekeluarga tetap mempertahankan Agama Allah
  * Ketaqwaan dan Keimanan yang Teguh : Sabda Rasul : "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya".
  * Pendiam : "Ia adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru ..., seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ..." (Ahli riwayat)
  * Zuhud : Ibnu Abil Hudzail : "Saya lihat Ammar bin Yasir sewaktu menjadi Amir di Kufah, membeli sayuran di pasar lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya diatas punggung dan membawanya pulang ..."
  * Sabar : Tetap sabar bahkan bangga ketika dicela karena telinganya yang terpotong ketika perang
PRESTASI :
  * Diperlihatkan mukjizat Rasulullah : api yang membakar Ammar menjadi tidak panas
  * Dapat mempertahankan keimanan walaupun disiksa dengan kejam
  * Disayang Rasulullah
  * Ikut semua peperangan : Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk, Shiffin, dll
  * Mengikuti perang melawan Persi dan Romawi
  * Berada di pihak Ali bin Abi Thalib saat peperangan Jamal dan Shiffin
  * Sebagai walikota Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
  * Mengikuti perang Yamamah bersama Abu Bakar As-Shiddiq melawan nabi palsu
AKHIR HAYAT :
  * Rasulullah pernah bersabda : "... Ammar nanti akan dibunuh oleh golongan pendurhaka...!"
  * Pada perang Shiffin berada di pihak Ali bin Abi Thalib
  * Usia 93 tahun

Abul Ayyub al-Anshari

Abul Ayyub al-Anshari radiallahuanhu adalah Sahabat Nabi Muhammad yang paling tua sekali. Abul Ayyub hidup pada zaman Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Abul Ayyub syahid di Konstantinopel ketika tentara Kerajaan Umaiyyah coba menyerang kota itu. Setelah Sultan Muhammad II berkuasa keatas Istanbul pada tahun 1435, makam Abul Ayyub dipindahkan ke tepi benteng Istanbul, seperti yang diwasiatkannya.

Kata hikmat Abu Ayyub al-Anshari

"Sekiranya aku syahid disini wahai Yazid (ketua panglima Bani Umaiyyah, kalian kuburkan aku ditepi benteng Konstantinopel, kerana aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja ketika mereka menawan Konstantinopel"
"Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda"

Khubaib Bin Adi

Khubaib bin Adi adalah Sahabat Nabi Muhammad SAW.

Biografi

Khubaib bin Adi berasal dari Bani Aus. Ia diutus oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan Islam dibawah pimpinan Ashim bin Tsabit, tapi mereka dihadang dan ditangkap. Atas perintah Ashim bin Tsabit, mereka diminta untuk melawan para penangkap mereka. Dalam pertempuran itu delapan orang tewas, kecuali Khubaib bin Adi dan Zaid bin Datsanah.
Kemudian Khubaib bin Adi di bawa ke Mekkah untuk diserahkan kepada suku Quraisypertempuran Badar. Oleh suku Quraisy, Khubaib bin Adi akan dihukum mati. sebagai pembalasan atas kekalahan di
Sebelum menjalankan hukuman mati, Khubaib bin Adi meminta untuk dapat salat dua rakaat. Lalu, Khubaib berkata, "Seandainya bukan, karena dikira takut mati, maka Aku akan menambah jumlah rakaat."
Suku Quraisy bertanya kepada Khubaib bin Adi, "Bagaimana jika Nabi MuhammadNabi Muhammad tertusuk duri." menggantikan posisimu?" Khubaib menjawab, "Demi Allah, Aku tidak rela bila Aku dalam keadaan sehat bersama keluargaku, sedangkan
Setelah itu Khubaib bin Adi akhirnya dihukum mati oleh suku Quraisy.

Ikrimah bin Abu Jahal

Ikrimah bin Abu Jahal adalah Sahabat Nabi Muhammad yang juga anak dari Abdul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal). Ia adalah salah satu dari pemimpin Quraisy ketika terjadi Pembebasan Mekkah. Setelah pembebasan Mekkah pada tahun 630 M, beliau memeluk agama Islam.
Dalam kepemimpinan Abu Bakar, Ikrimah ikut dalam pertempuran menaklukan Musailamah al-Kazzab. Ia juga ikut dalam pertempuran Yarmuk melawan tentara Romawi dan mati syahid dalam pertempuran itu.

Daftar Syuhada Islam

Tokoh-tokoh terkemuka Sahabat Nabi yang mengalami mati syahid atau syuhada ini disusun berdasarkan buku Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah

  1. Hamzah bin Abdul-Muththalib
  2. Zaid bin Haritsah
  3. Ja'far bin Abu Thalib
  4. Sa'ad bin Muadz
  5. Abu Salamah
  6. Ammar bin Yasir
  7. Abad bin Bisyr
  8. Salim Maula Abi Hudzaifah
  9. Al-Bara' bin Malik
  10. Abu Dujanah
  11. Amr bin Jamuh
  12. Abu Ayyub al-Anshari
  13. Anas bin Nadhar
  14. Abu Thalhah
  15. Abdullah bin Jahsy
  16. Ayyasy bin Abi Rubai'ah
  17. Khubaib bin Adi
  18. Thufail bin Amr ad-Dusi
  19. Nu'man bin Muqrin
  20. Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul
  21. Tsabit bin Qais
  22. Ikrimah bin Abu Jahal

Referensi

  1. Sumber Al-Kautsar.. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.  ISBN 979-592-387-0